Memasuki hari kedua, pasca terjadinya ledakan pipa transmisi utama milik PDAM Kota Cirebon di kawasan Bukit Plangon, Kelurahan Babakan, Kec. Sumber, Kab. Cirebon, puluhan ribu pelanggan air PDAM di Kota Cirebon masih kesulitan air bersih.
Banyak di antaranya yang memilih tidur di hotel, numpang mandi ke luar kota, membuat sumur bor dan ada pula yang memanfaatkan air gorng-gorong.
Krisis air bersih juga bisa dijadikan peluang keuntungan bagi para pengusaha pemasok air bersih dan isi ulang air bersih dalam kemasan galon. Karena, masjid, rumah sakit, hotel dan lainnya memerlukan banyak air bersih. Sejumlah orang pun berkeliling menawarkan pembuatan sumur bor kepada warga dengan harga antara Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp 1,5 juta.
"Bagi mereka yang punya uang, memilih tidur di hotel, namun, banyak pula yang menumpang mandi di tetangga yang kebetulan punya sumur atau ke luar kota hanya untuk mandi," kata Asep Sugianto, seorang warga Kelurahan Kejaksan Kota Cirebon, Selasa (3/8).
Berbeda dengan yang lain, Ny. Salma (30) misalnya warga Kampung Sidamulya, Kelurahan Pekiringan, Kec. Kesambi, terpaksa memanfaatkan air gorong-gorong di Jl. Cipto Mangunkusumo untuk merendam pakaian. Padahal air tersebutterlihat keruh.
Hal itu terpaksa dilakukannya karena tak adanyapasokan air bersih."Sudah dua hari tidak mandi. Kalaupun ada cadangan air bersih hanya satu galon, itupun untuk mandi anak saya," katanya.
Untuk mandi Salma mengaku menggunakan air isi ulang. Itu pun ia harus mengantri sejak pukul 05.30 WIB, dan baru bisamendapatkannya pukul 09.00 WIB. Harganya pun sudah naik dari semula Rp. 3.000,00 menjadi Rp. 3.500,00.
Sudirman (54), pemilik kos-kosan di Kel.Pekiringan, untuk memunuhi kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK) keluarga dan puluhan anak kosnya mengaku sempat kecewa dengan penjual pompa yang saat melakukan penawaran memberikan harga Rp. 1.200.000,00, namun saat akan dilakukan pemasangan mendadak minta naik menjadi Rp 1.500.000,00. (A-146/C-20/A-26).***
Banyak di antaranya yang memilih tidur di hotel, numpang mandi ke luar kota, membuat sumur bor dan ada pula yang memanfaatkan air gorng-gorong.
Krisis air bersih juga bisa dijadikan peluang keuntungan bagi para pengusaha pemasok air bersih dan isi ulang air bersih dalam kemasan galon. Karena, masjid, rumah sakit, hotel dan lainnya memerlukan banyak air bersih. Sejumlah orang pun berkeliling menawarkan pembuatan sumur bor kepada warga dengan harga antara Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp 1,5 juta.
"Bagi mereka yang punya uang, memilih tidur di hotel, namun, banyak pula yang menumpang mandi di tetangga yang kebetulan punya sumur atau ke luar kota hanya untuk mandi," kata Asep Sugianto, seorang warga Kelurahan Kejaksan Kota Cirebon, Selasa (3/8).
Berbeda dengan yang lain, Ny. Salma (30) misalnya warga Kampung Sidamulya, Kelurahan Pekiringan, Kec. Kesambi, terpaksa memanfaatkan air gorong-gorong di Jl. Cipto Mangunkusumo untuk merendam pakaian. Padahal air tersebutterlihat keruh.
Hal itu terpaksa dilakukannya karena tak adanyapasokan air bersih."Sudah dua hari tidak mandi. Kalaupun ada cadangan air bersih hanya satu galon, itupun untuk mandi anak saya," katanya.
Untuk mandi Salma mengaku menggunakan air isi ulang. Itu pun ia harus mengantri sejak pukul 05.30 WIB, dan baru bisamendapatkannya pukul 09.00 WIB. Harganya pun sudah naik dari semula Rp. 3.000,00 menjadi Rp. 3.500,00.
Sudirman (54), pemilik kos-kosan di Kel.Pekiringan, untuk memunuhi kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK) keluarga dan puluhan anak kosnya mengaku sempat kecewa dengan penjual pompa yang saat melakukan penawaran memberikan harga Rp. 1.200.000,00, namun saat akan dilakukan pemasangan mendadak minta naik menjadi Rp 1.500.000,00. (A-146/C-20/A-26).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar